Nama12 provinsi di Belanda adalah Groningen, Friesland/Fryslân, Drenthe, Overijssel, Flevoland, Gelderland, Utrecht, Noord-Holland (Holland Utara), Zuid-Holland (Holland Selatan), Zeeland, Noord-Brabant (Brabant Utara) dan Limburg. Setiap daerah terbagi atas kota-kota Ada beberapa pulau di Karibia yang berada di bawah pemerintahan Belanda
Dilansirdari Ensiklopedia, sekolah stovia berada di kota jakarta. Related posts: Puncak perjuangan rakyat Indonesia terdapat pada peristiwa? Atmosfer merupakan lapisan yang menyelubungi bumi. Atmosfer bermanfaat untuk? Budi merupakan anak dari keluarga kaya raya akan tetapi hal ini tidak membuatnya menjadi sombong. Ka
STOVIAberada di Weltevreder, pusat Kota Batavia, yang juga pusat kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Tempat ini juga menjadi tempat berkumpulnya kaum intelektual untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Dengan demikian, sekolah STOVIA berada di Batavia.
SekolahSTOVIA berada di Kota?? April 6, 2022 by administrator. Sekolah STOVIA berada di Kota?? Medan; Bandung; Surabaya; Jakarta; Semua jawaban benar; Jawaban: D. Jakarta. Categories Tanya jawab Post navigation. Nama pancasila sebagai dasar negara pertama kali dikukuhkan oleh?
ProfilYuri Gagarin, Kosmonot yang Patungnya Jadi Simbol Persahabatan Indonesia-Rusia Senin, 15 Maret 2021 00:10 Pemerintah Rusia menghadiahkan patung kosmonot, Yuri Gagarin kepada pemerintah Indonesia sebagai simbol persahabatan kedua negara.
Semuajawaban benar. Jawaban: D. Jakarta. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, sekolah stovia berada di kota jakarta. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Berdasarkan hasil keputusan Kongres I, ruang lingkup organisasi Budi Utomo terbatas di wilayah? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan
VSEcbV. Berwisata atau mencari obyek rekreasi nggak perlu selalu keluar kota. Buat kamu yang tinggal di Jakarta, ada banyak sekali tempat wisata yang masih bisa kamu kunjungi. Mulai dari wisata alam, wahana permainan, hingga belajar sejarah di museum bisa menjadi pilihan. Di Jakarta sendiri ada banyak sekali museum bersejarah yang bisa kamu kunjungi untuk melepas penat sekaligus menambah wawasanmu. Nah itulah yang menjadi pembahasan kali ini dari Podcast Jajan Sejarah bareng Dua Farid!. Seperti biasa, pada episode kali ini dua cowok pecinta kuliner ini akan mengajak kamu jalan-jalan ke tempat bersejarah, sekaligus mencari berbagai kuliner enak di daerah Jakarta! baca juga Peringatan Harkitnas Di Museum Kebangkitan Nasional [FOTO] Gedung Stovia, Saksi Sejarah Hari Kebangkitan Nasional Seminar Indonesia Menuju Ekonomi Berkeadilan Tujuan kali ini adalah sebuah gedung bersejarah yang berada di pusat kota Jakarta yakni Gedung Stovia. Gedung itu sendiri kini telah berubah menjadi Museum Kebangkitan Nasional! Penasaran akan bagaimana keseruannya? Langsung simak obrolan mereka lewat Podcast Jajan Sejarah di RCTI+ yuk! Podcast Jajan Sejarah di RCTI+ Sekolah kedokteran di Indonesia kini memang sudah banyak tersebar di berbagai daerah. Tapi jauh sebelum itu, cikal bakal sekolah dokter di tanah air berawal dari sini, Stovia School tot Opleiding van Indische Artsen yang berada di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Gedung yang sampai sekarang masih berdiri kokoh sebagai Museum Kebangkitan Nasional ini pun menjadi saksi berbagai fase perjuangan kemerdekaan. Saat pertama kali dibangun, Gedung Stovia memang dibuat untuk menjadi sekolah kedokteran bagi pribumi. Tapi di tempat itu pula tempatnya di ruang anatomi, organisasi pergerakan Budi Utomo lahir. "Jadi di tahun 1908 tanggal 20 Mei, di situlah mahasiswa-mahasiswa kumpul, terus akhirnya mencetuskan Budi Utomo," ucap Farid dalam siaran Podcast Jajan Sejarah. Selain itu, gedung Stovia juga menjadi saksi masa penjajahan Jepang. "Waktu Jepang masuk sekitar tahun 42 sampai dengan 12 tahun kedepannya, gedung ini difungsikan sebagai kamar tahanan pasukan Belanda yang melawan Jepang," ucap Farid. Kemudian gedung ini juga dipakai untuk tempat tinggalnya keluarga Belanda dan keluarga asal Indonesia Timur. Mau tahu gimana kelanjutan cerita mereka? Dengarkan selengkapnya hanya di Podcast Jajan Sejarah eksklusif di RCTI+.[]
Dulu sekali disini adalah STOVIA.’School tot Opleiding van Indische Artsen’.Disingkatlah Sekolah Pendidikan Dokter DjawaHindia.Ia lah sekolah pendidikan dokter yang diperuntukkan bagi kaum Bumiputra di Batavia pada era kolonialisme di Hindia STOVIA kemudian dikenal menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Kedokteran di Universitas pada dekade kolonialisme itu juga lalu berpindah ke gedung barunya di Jalan Salemba. Kampus STOVIA lama di Weltevreden kini telah berganti fungsi menjadi Museum Kebangkitan tanpa alasan, barangkali memang sesuai dengan riwayat panjang pahit-manisnya sekolah yang akan mencetak pembantubakal asisten/mantridokter-dokter Belanda kala itu, alih-ali justru mencetak kaum intelektual terpelajar yang melahirkan Boedi Oetomo. Menarik untuk diulas STOVIA adalah kampus bersejarah pencetak Dokter kampus pejuang kampus pencetus Boedi kampus pencetak Dokter pertama di kampus pemula yang melahirkan Fakultas kedokteran di Universitas kampus yang karena sejarah nya yang panjang. Melansir dari laman kementerian Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia,sebagai pengelola cagar budaya museum yang merupakan bekas kampus STOVIA ini sejarah berdirinya STOVIA tidak lepas dari upaya pemberantasan berbagai penyakit menular seperti tipes, kolera, disentri yang tersebar di Banyumas dan Purwokerto pada tahun 1847. Wabah penyakit itu tidak dapat diberantas tenaga medis pemerintahan Hindia Belanda yang jumlahnya pula dengan pengobatan yang telah ada pada waktu itu masih sangat tradisional, sehingga ada usul dari Kepala Jawatan Kesehatan waktu itu Dr. W. Bosch untuk mendidik beberapa anak Bumiputra menjadi pembantu dokter Belanda. Pada tahun 1849 keluar keputusan Gubernemen yang menetapkan bahwa di rumah sakit militerkini RSPAD akan dididik 30 pemuda Jawa dari keluarga baik-baik yang pandai menulis dan membaca bahasa Melayu dan jawa untuk menjadi dokter pribumi dan “vaccinateur” mantri cacar. Selesai pendidikan mereka harus bersedia masuk dinas pemerintahan sebagai mantri cacar. Bulan Januari 1851 berdirilah Sekolah Dasar Jawa di Rumah Sakit Militer Weltevredenkini Soebrotodengan masa pendidikan 2 tahun. Pendidikan diikuti oleh 12 orang yang semuanya berasal dari Pulau Jawa. Materi pelajaran meliputi cara mencacar dan memberikan pertolongan kepada penderita sakit panas dan sakit perut. Bahasa pengantar menggunakan bahasa Melayu. Pada 5 Juni 1853 Sekolah Dasar Jawa meluluskan 11 pelajar dan menyandang gelar Dokter Jawa. Mereka dipekerjakan sebagai mantri cacar, diperbantukan di Rumah Sakit dan membantu dokter militer merangkap dokter sipil. Seja 1856 Sekolah Dokter Jawa mulai menerima murid yang berasal dari Pulau Jawa, yaitu dari Minangkabau Sumatera 2 orang dan Minahasa Sulawesi 2 orang. Tahun 1864 lama pendidikan Sekolah Dasar Jawa ditingkatkan dari 2 tahun menjadi 3 tahun dengan jumlah siswa dibatasi 50 orang. Perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas para dokter sehingga mampu bekerja sendiri dibawah pengawasan dokter Belanda dan Kepala Pemerintahan Daerah. Namun pengabdian para dokter lulusan Sekolah Dasar Jawa dimasyarakat mendapat penolakan dari beberapa dokter Belanda, sehingga sejak tahun 1864 pemerintah kolonial mencabut wewenang praktek dokternya, dan memperkerjakan mereka sebagai mantri cacar. Perubahan besar terjadi pada tahun 1875 karena lama pendidikannya ditingkatkan menjadi 7 tahun, dengan jumlah murid 100 orang. Tahun 1899 atas usul Dr. Roll dibangun gedung baru. Pembangunan gedung ini mendapatkan bantuan dari 3 orang pengusaha Belanda dari Deli yaiotu, Janssen, J. Nienhuys dan van den Honert. Bulan September 1901 di Betawi muncul wabah penyakit beri-beri dan kolera yang juga menimpa para pelajar Sekolah Dasar Jawa, sehingga pemindahan pelajar dari rumah sakit militer Weltevreden ke gedung di Hospitaalweg tertunda. Pada 1 Maret 1902 gedung baru tersebut mulai resmi digunakan untuk STOVIA School Tot Opleiding Van Inlandshce Artsen yaitu Sekolah Kedokteran Bumiputra. Munculnya STOVIA menandai berakhirnya Sekolah Dokter jawa. Selama menjalani pendidikan, pelajar STOVIA diharuskan tinggal di dalam asrama yang menerapkan sikap disiplin dan tanggung jawab yang ketat. Jadwal kegiatan sudah ditentukan dari pagi sampai malam hari, bagi mereka yang melanggar ketentuan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya. Pelajar yang masuk ke STOVIA diwajibkan membuat surat perjanjian acte van verband. Isi surat itu akan mengikat lulusan SOTVIA untuk bekerja pada dinas pemerintahan selama 10 tahun berturut-turut, dimana saja tenaganya diperlukan. Kalau tidak ia bersama orang tua atau walinya akan mengembalikanbiaya pendidikan selama 9 tahun kepada pemerintah. Namun perjanjian tersebut merisaukan dan memberatkan pelajar-pelajar yang masih melangsungkan pendidikannya sehingga diantara mereka banyak yang berhenti dan sekolahpun kekurangan murid. Sehingga surat perjanjian tersebut ditinjau kembali dan akhirnya ketentuan itu hanya diberlakukan pada pelajar baru. Setelah itu proses pendidikanpun berlangsung normal kembali. Pada 1909 STOVIA berhasil meluluskan muridnya, buat mereka yang mengakhiri pendidikan dengan baik di STOVIA tidak lagi bergelar Dokter Jawa melainkan Inlandsche Arts Dokter Bumiputera. Mereka berwenang mempraktekkan ilmu kedokteran seluruhnya termasuk kebidanan. Jumlah pelajar STOVIA terus bertambah dan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, maka perlu dibangun gedung baru sebagai tempat pendidikan dan praktek pelajar STOVIA. Tahun 1919 berdiri rumah sakit Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting di Salemba yang dipimpin oleh Dr. Hulskoff. Di rumah sakit inilah dijadikan sebagai tempat praktek pelajar STOVIA karena sarana dan prasarananya lebih lengkap dan modern. Pada 5 Juli 1920 secara resmi seluruh kegiatan pendidikan STOVIA dipindahkan ke jalan Salemba yang sampai sekarang dikenal dengan “Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia”. Sedangkan STOVIA lama dipergunakan untuk asrama pelajar. Pada 1925 gedung STOVIA lama tidak lagi dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran Sekolah Kedokteran Bumiputra, tapi menjadi tempat pendidikan untuk MULO setingkat SMP, AMS setingkat SMA dan Sekolah Asisten Apoteker. Dan masuknya bala tentara Jepang pada tahun 1942 mengakhiri penggunaan Gedung STOVIA sebagai tempat kegiatan pembelajaran. Sejarah Museum Kebangkitan Nasional STOVIA merupakan penyempurnaan dari sistem pendidikan kedokteran Sekolah Dokter Jawa yang didirikan pada tahun 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreeden sekarang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Sekolah Dokter Jawa menempati salah satu bangunan yang ada dalam rumah sakit militer, karena pengajarnya merangkap sebagai dokter di rumah sakit tersebut. Aktifitas pendidikan dan asrama Sekolah Dokter Jawa yang berlangsung setiap hari dinilai mengganggu kenyamanan rumah sakit, karena itu dewan pengajar memutuskan untuk memindahkannya dari lingkungan rumah sakit militer Weltevreden. Tahun 1899 Direktur Sekolah Dokter Jawa Dokter Rool, mulai melaksanakan pembangunan gedung baru disamping rumah sakit militer. Kegiatan pembangunan gedung sempat terhenti karena kekurangan biaya, karena itu Dokter Rool selaku Direktur Sekolah Dokter Jawa berjuang keras mengumpulkan dana untuk membiayai pembangunan gedung tersebut. Berkat bantuan pengusaha perkebunan dari Deli, pembangunan gedung dan asrama pelajar kedokteran dapat diselesaikan pada bulan September 1901. Tanggal 1 Maret 1902 gedung tersebut secara resmi digunakan untuk pendidikan kedokteran dan asrama yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas yang dibutuhkan oleh penghuninya. Gedung baru tersebut menjadi tempat belajar dan tempat tinggal yang menyenangkan, karena lingkungan sekitar gedung sangat asri. Halaman gedung dipenuhi hamparan rumput diselingi dengan taman-taman yang indah. Pemanfaatan gedung baru menandai terjadinya perubahan dalam sistem pendidikan kedokteran di Hindia Belanda, Sekolah Dokter Jawa diganti menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Artsen STOVIA atau Sekolah Dokter Bumiputra dengan masa pendidikan 9 tahun. Kurikulum pendidikan di STOVIA disesuaikan dengan School Voor Officieren van gezondeid di Utrech, sehingga lulusan STOVIA diharapkan sama dengan lulusan sekolah serupa di Eropa. Pelajar STOVIA yang sudah menyelesaikan pendidikannya mendapatkan gelar Inlandsch Arts atau dokter Bumiputra. Mereka diangkat menjadi pegawai pemerintah dan ditempatkan di daerah-daerah terpencil untuk mengatasi berbagai macam penyakit menular. Dokter-dokter muda ini akan dibekali dengan tas kulit yang berisi alat-alat kedokteran dan uang saku untuk perjalanan menuju lokasi tugas. STOVIA menjadi lembaga pendidikan pertama yang menjadi tempat berkumpulnya para pelajar dari berbagai wilayah, karena pemerintah memberi kesempatan yang sama untuk menjadi pelajar STOVIA kepada semua anak bumi putera yang memenuhi syarat. Pelajar STOVIA umumnya memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, karena persyaratan untuk masuk menjadi pelajar STOVIA harus melalui proses yang sangat ketat dan selektif. Anak-anak yang sudah diterima menjadi pelajar STOVIA harus tinggal dalam asrama yang dipimpin oleh seorang pengawas Indo-Belanda yang disebut dengan suppoost. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan asrama STOVIA menjadi media untuk mempelajari adat istadat suku bangsa lain, sehingga tercipta suasana saling memahami akan perbedaan kehidupan sosial dan kebudayaan. Rasa persaudaraan antar penghuni asrama sudah mulai lahir, mereka sudah tidak lagi memperdulikan perbedaan etnis, budaya atau agama. Seiring dengan perkembangan zaman gedung STOVIA dianggap tidak representatif lagi untuk dijadikan sebagai tempat pendidikan dokter, karena itu pemerintah Hindia Belanda membangun gedung baru di Salemba yang bernama Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting sekarang menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Gedung tersebut menjadi tempat pendidikan kedokteran merangkap rumah sakit, peralatan kedokteran yang ada didalamnya sama dengan yang ada di Eropa. Mulai bulan Juli 1920 kegiatan pendidikan STOVIA pindah ke gedung baru di Salemba, ruang-ruang kelas yang ada dimanfaatkan sebagai tempat belajar Sekolah Asisten Apoteker. Pelajar STOVIA diberikan kebebasan untuk memilih tempat tinggal di asrama STOVIA atau kos di rumah penduduk yang ada di daerah sekitar Salemba. Tahun 1926 gedung STOVIA tidak lagi dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, semua aktifitas pendidikan kedokteran dipindahkan ke Salemba termasuk asrama para pelajarnya. Pemerintah kolonial HINDIA Belanda kemudian memanfaatkan gedung STOVIA sebagai tempat pendidikan sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO yang berarti pendidikan dasar lebih luas atau setara dengan SMP dimasa sekarang. Masuk STOVIA bukan hal mudah, mereka harus melewati ujian yang sulit dan ketat. Mahasiswanya pun wajib belajar keras. Inilah yang kemudian membuat banyak mahasiswa STOVIA berasal dari keluarga-keluarga kurang mampu. Namun justru, anak-anak dari kalangan miskin inilah muncul tokoh-tokoh Indonesia yang militan, baik sebagai dokter maupun sebagai pejuang. Salah satu faktor yang mendorong munculnya para pejuang yang nantinya menjadi tokoh nasional Indonesia itu adalah lokasi STOVIA itu sendiri. STOVIA berada di Weltevreden, pusat Kota Batavia, yang juga pusat kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Tempat ini juga menjadi tempat berkumpulnya kaum intelektual untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Para pelajar STOVIA yang kebanyakan berasal dari kota-kota kecil mulai mendapat dorongan intelektual dari lingkungan sekolahnya. Batavia juga jadi kediaman kelompok intelektual nonpribumi, yang kemudian memengaruhi pola pikir mahasiswa STOVIA. Dalam perkembangannya, STOVIA menjadi lembaga yang mendidik dokter-dokter Bumiputera inlandsch arts dan bukan hanya dokter Jawa. Sekolah ini mulai membuka kesempatan bagi siapa saja tanpa memandang keturunan. Walau memang, untuk bersekolah di sini dibutuhkan biaya sendiri. Untuk masuk ke STOVIA pun siswanya harus melalui ujian yang ketat. Tahun 1903, terjadi perubahan dalam sistem penerimaan siswa baru STOVIA. Mereka mulai menerima siswa dari sekolah pribumi sebelumnya hanya menerima siswa tamatan sekolah Belanda. STOVIA juga kemudian membebaskan siswa-siswanya dari kewajiban membayar. Bahkan, mahasiswanya mendapat alat-alat kuliah dan seragam gratis. Siswa-siswa STOVIA juga menerima uang saku sebesar 15 gulden per bulan. Pembebasan biaya itu membuka kemungkinan dari pemuda-pemuda golongan priayi untuk belajar di STOVIA. Hal ini kemudian menghasilkan tokoh-tokoh bangsa dari kalangan priayi, seperti Wahidin Sudirohusodo dan Tjipto Mangoenkoesomo. Mengutip buku karya R Soetomo, Kenang-Kenangan Soerabaia 1934, tempat yang paling disenangi sebagian besar pelajar STOVIA adalah perpustakaan milik Douwes Dekker, seorang Indo yang sangat mendukung politik etis. Dekker tinggal di dekat STOVIA. Bagi sebagian pelajar STOVIA, keberadaan Douwes Dekker memiliki arti maha penting. Dia adalah seorang intelektual yang rumahnya selalu terbuka sebagai tempat pertemuan, memiliki ruang baca, dan perpustakaan. Douwes Dekker juga yang menginspirasi pelajar-pelajar STOVIA, seperti Tjipto Mangoenkoesoemo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Surjopranoto, serta Tjokrodirdjo belajar menuangkan gagasan mereka dalam surat kabar. Mereka juga belajar untuk menyuarakan pendapat mereka dan semakin jeli melihat kondisi rakyat dan bangsanya. Semangat para pelajar STOVIA untuk memperbaiki nasib bangsanya semakin kuat dengan kedatangan Sudirohusodo pada akhir tahun 1907. Dr. Wahidin mengampanyekan pendidikan bagi kaum priayi dan masyarakat kelas bawah. Mereka berpendapat, masyarakat perlu diberikan pendidikan karena perluasan pengajaran akan menumbuhkan kesadaran kebangsaan. Gagasan dr. Wahidin itu membuka pikiran pelajar STOVIA untuk mengembangkan cita-cita baru. Cita-cita baru itulah yang kemudian mendorong lahirnya suatu organisasi baru. Pada tanggal 20 Mei 1908, organisasi bernama Boedi Oetomo dibentuk oleh para mahasiswa STOVIA. Tujuannya adalah untuk memperjuangkan nasib rakyat agar memiliki kehidupan yang pantas. Sekarang,tiap tahunnya, tanggal 20 Mei terus dirayakan dan diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan yang lahir dari Kampus STOVIA ini. Peristiwa Bersejarah di Gedung Kebangkitan Nasional ✓Bulan Desember 1907 Dokter Wahidin Soedirohoesodo mengadakan ceramah tentang Studie Founds beasiswa dihadapan pelajar STOVIA. ✓Tanggal 20 Mei 1908 pelajar STOVIA mendeklarasikan berdirinya organisasi modern pertama Boedi Oetomo. ✓Tanggal 7 Maret 1915 Pelajar STOVIA mendirikan organisasi kepemudaan pertama Tri Koro Dharmo. ✓Tanggal 6 April 1973 Gedung STOVIA mulai dipugar oleh pemerintah DKI Jakarta. ✓Tanggal 20 Mei 1974 Presiden Soeharto meresmikan pemanfaatan Gedung Kebangkitan Nasional. ✓Tanggal 12 Desember 1983 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan bangunan bersejarah Gedung Kebangkitan Nasional sebagai Cagar Budaya. ✓Tanggal 7 Februari 1984 pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan sebuah museum di dalam Gedung Kebangkitan Nasional dengan nama Museum Kebangkitan Nasional. ✓Tanggal 13 Desember 2001 Museum Kebangkitan Nasional menjadi Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. ✓Tahun 2012 sampai sekarang Museum Kebangkitan Nasional menjadi Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
On 25 Aug 2021 Gedung STOVIA/Adhi Muhammad Daryono/Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Setiap tanggal 20 Mei bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Tanggal tersebut merupakan lahirnya organisasi Budi Utomo, salah satu organisasi pergerakan nasional di kalangan pemuda untuk mencapai kemerdekaan. Pendirian organisasi tersebut berada di Gedung STOVIA atau School tot Opleiding van Indische Artsen, sekolah pendidikan dokter untuk kaum pribumi pada 20 Mei 1908. Gedung STOVIA terletak di Hospitaalweg - Gang Menjangan kemudian menjadi Jl. Abdurrahman Saleh No. 26, Kampung Ambon, Kelurahan Senen, Kecamatan Senen, Wilayah Jakarta Pusat. Pembangunan gedung dimulai pada tahun 1899. STOVIA merupakan penyempurnaan dari sistem pendidikan kedokteran Sekolah Dokter Jawa yang didirikan pada 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreden, sekarang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto yang berada tidak jauh dari lokasi Gedung STOVIA. Para Mahasiswa STOVIA banyak yang menjadi tokoh pergerakan nasional Indonesia seperti Dokter Ciptomangunkusumo, Dokter Sutomo, Dokter Wahidin Sudirohusodo, Dokter Setiabudi Douwes Dekker dll. Pada 5 Juli 1920 pemerintah kolonial Belanda memindahkan seluruh kegiatan pendidikan STOVIA ke Salemba. Sedangkan di gedung STOVIA lama dipergunakan untuk asrama pelajar. Baru pada 1926, asrama pelajar pun hijrah ke wilayah Salemba. Pemerintah kolonial Hindia Belanda kemudian memanfaatkan gedung STOVIA sebagai tempat pendidikan sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO yang berarti pendidikan dasar lebih luas atau setara SMP di masa sekarang. Pada 20 Mei 1974, Gedung Kebangkitan Nasional diresmikan Presiden Soeharto sebagai Gedung Kebangkitan Nasional. Pada 27 September 1982 pengelolaan Gedung Kebangkitan Nasional dialihkan dari Pemerintah DKI Jakarta pada pemerintah pusat, yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian, pada 12 Desember 1983, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan selain jadi cagar budaya, gedung ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk melestarikan sejarah kebudayaan masa lalu. Letak museum itu berada di Jalan Dr Abdul Rahman Saleh, Senen, Jakarta Pusat.
- Jejak sejarah Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, kini dapat dilihat di Museum Kebangkitan Nasional. Lokasinya ada di Jalan Abdul Rachman Saleh Nomor 26, Senen, Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat." Museum Kebangkitan Nasional ini dulunya gedung STOVIA School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, ada ruang kelas, asrama, ruang guru, hingga kantin yang dulu digunakan para pelajar STOVIA," kata Educator Museum Kebangkitan Nasional Titis Kuncoro Wati kepada Jumat 12/5/2023. Baca juga Museum Kebangkitan Nasional Jakarta Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Cara menuju ke Museum Kebangkitan Nasional, Naik Transjakarta dan KRL Museum ini bisa dikunjungi setiap hari kecuali Senin dan Libur Nasional, mulai pukul WIB sampai pukul WIB. Jika berkesempatan mampir ke Museum Kebangkitan Nasional, kamu akan melihat arsitektur bangunan bergaya kuno Hindia Belanda, serta replika barang yang kini menjadi pajangan. Ide spot foto di Museum Kebangkitan Nasional Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan untuk berfoto di beberapa spot di Museum Kebangkitan Nasional berikut ini 1. Di asrama pelajar STOVIA Pernah melihat deretan tempat tidur di rumah sakit yang ada di film Harry Potter? Baik susunan maupun ornamennya, ternyata mirip dengan yang ada di asrama pelajar Stovia ini. Lantai asramanya masih berupa semen, tempat tidur single lengkap dengan kasur, bantal, dan sprei berwarna putih. Baca juga 5 Aktivitas di Museum Kebangkitan Nasional, Masuk ke Asrama pelajar STOVIA Kamu bisa berpose seperti sedang berjalan di bagian tengah deretan tempat tidur. Cahaya di ruangan ini tidak terlalu terang, tapi cukup memadai jika hendak berfoto. 2. Di ruang pameran Ruangan pameran tempat memajang bukti sejarah bisa dijadikan sebagai spot foto. Seperti di dekat patung para pendiri organisasi Budi Oetomo maupun di ruangan koleksi Dokter Wahidin. / Suci Wulandari Putri Berpose di ruangan pameran. Perlu diketahui, ada beberapa spot di ruangan pameran yang pencahayaannya kurang bagus. Jika ingin mendapatkan hasil foto terbaik, kamu bisa berpose di pajangan dekat jendela. 3. Di depan daftar lulusan STOVIA Di bekas ruangan guru, tepatnya di ruangan khusus lulusan Stovia, terdapat sebuah papan hitam berukuran besar berisi daftar nama dokter lulusan Stovia pada masanya. / Suci Wulandari Putri Berpose di depan daftar lulusan Stovia. Di sini, kamu bisa berpose menghadap ke papan hitam, gunakan mode potret di kamera ponsel untuk variasi foto. Baca juga Panduan Lengkap ke Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. School tot Opleiding van Inlandsche Artsen STOVIA dalam bahasa indonesia berarti Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi banyak dikenal sebagai tempat awal terbentuknya Organisasi Budi Otomo, sebuah organisasi modern pertama di Indonesia yang merintis usaha pergerakan secara nasional melawan pemerintahan kolonial. Memang, kala itu sudah banyak organisasi seperti ini tapi masih bersifat kedaerahan atau lokal. Lahirnya Budi Utomo menandai awal dari perjuangan panjang bangsa indonesia menentang penjajahan Belanda. Karena peran ini, hari lahir Budi Utomo tanggal 20 Mei kita peringati sebagai Hari Kebangkitan STOVIA yang sekarang dijadikan Museum Kebangkitan Nasional masih menyimpan banyak cerita sejarah seputar awal pergerakan ini. Di tempat ini, para siswa dari berbagai pelosok tanah air menimba ilmu medis guna menyiapkan diri menjadi dokter-dokter djawa yang mengabdi di desa-desa. STOVIA sendiri sebenarnya merupakan pengembangan dari Sekolah Dokter Djawa yang waktu itu secara khusus mendidik calon-calon mantri kesehatan untuk menangani penyakit-penyakit wabah seperti cacar dan kolera. Adalah Dr. H. F. Roll, direktur saat itu, dengan berani mengusulkan untuk menaikkan status menjadi STOVIA pada tahun 1898 bahkan untuk mencapai tujuannya ini, Ia rela mencari dukungan pihak swasta untuk membangun gedung, alat peraga, dan fasilitas penunjang lainnya sesuai standar Eropa saat itu. Tahun 1902, secara resmi menjadi dalam asrama STOVIA ini, para siswa bukan hanya belajar kedokteran yang merupakan keharusan tapi juga mulai mengasah minat bakat dan kemampuan berorganisasi. Benih-benih ini selanjutnya mengarahkan R. Soepomo dkk untuk mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908 yang dengan gigih memperjuangkan kesejahteraan masyarakat pribumi saat itu. Setelah Budi Utomo, berbagai organisasi pergerakan pun bermunculan di STOVIA diantaranya Tri koro darmo, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sarekat Islam, Muhammadiyah, dll. Kehadiran berbagai organisasi ini pun tidak lepas dari kondisi rakyat yang mereka alami sendiri di bawah pemerintahan Hindia sekilas sekelumit kisah STOVIA dan pergerakan nasional. Rintisan mereka telah mengubah sejarah panjang bangsa ini. Semangat mereka ini pun tidak menguap begitu saja atau usang pada tembok-tembok tegap dan barang-barang antik di dalamnya. Paling tidak semangat itu bisa menjiwai rekan-rekan sejawatnya untuk membawa negeri ini menjadi lebih sehat. Sekarang Museum bekas gedung STOVIA ini masih kokoh dan nuasa keheningan disana masih tetap kerasa meski berada di tengah-tengah kebisingan dan carut marut kota Jakarta. Berbagai alat kedokteran yang canggih di zaman mereka dulu masih tertata rapi di sana. Lihat Travel Story Selengkapnya
stovia berada di kota